Era Manajemen Ilmiah (Awal Abad ke-20): Awalnya, fokus manajemen lebih pada efisiensi produksi dan metode ilmiah untuk meningkatkan produktivitas. Pemikiran ini diilustrasikan oleh konsep manajemen ilmiah yang dikembangkan oleh Frederick W. Taylor.
Pendekatan Kualitas di Jepang (1940-an dan 1950-an): Setelah Perang Dunia II, Jepang mengalami rekonstruksi ekonomi. Pada saat yang sama, konsep kualitas mulai menjadi fokus, terutama melalui upaya dari tokoh-tokoh seperti W. Edwards Deming dan Joseph M. Juran. Pendekatan ini memasukkan prinsip-prinsip seperti perbaikan berkelanjutan, pengendalian statistik proses, dan fokus pada kepuasan pelanggan.
Difusi di Amerika Serikat (1970-an dan 1980-an): Pada tahun 1970-an dan 1980-an, konsep-konsep TQM yang diperkenalkan oleh Deming dan Juran mulai mendapatkan perhatian di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan Amerika mulai menyadari pentingnya fokus pada kualitas untuk meningkatkan daya saing global.
Puncak Popularitas (1980-an dan 1990-an): Pada era ini, TQM mencapai puncak popularitasnya. Banyak organisasi menerapkan prinsip-prinsip TQM dalam upaya untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka. Sertifikasi ISO 9000 juga menjadi umum sebagai standar internasional untuk sistem manajemen kualitas.
Evolusi ke Pendekatan yang Lebih Luas (Akhir 1990-an hingga Sekarang): Seiring berjalannya waktu, pendekatan TQM telah berkembang menjadi lebih holistik, melibatkan aspek-aspek seperti inovasi, keberlanjutan, dan manajemen rantai pasokan. Seiring dengan itu, muncul pula kerangka kerja manajemen yang lebih komprehensif, seperti Six Sigma dan Lean Management, yang melengkapi prinsip-prinsip TQM.
- Kepuasan Pelanggan yang Tinggi: TQM menempatkan fokus utama pada kepuasan pelanggan. Dengan memberikan produk atau layanan berkualitas tinggi, perusahaan dapat membangun dan mempertahankan basis pelanggan yang setia.
- Reputasi yang Baik: TQM membantu membangun reputasi perusahaan sebagai penyedia produk atau layanan yang dapat diandalkan dan berkualitas.
- Efisiensi Operasional dan Penghematan Biaya: Dengan mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan serta meningkatkan efisiensi operasional, TQM dapat membantu perusahaan mengurangi biaya produksi dan operasional.
- Peningkatan Inovasi dan Daya Saing: TQM mendorong perusahaan untuk terus berinovasi dalam produk, layanan, dan proses operasional.
- Peningkatan Produktivitas Karyawan: Dengan melibatkan karyawan dalam proses perbaikan berkelanjutan, TQM dapat meningkatkan produktivitas dan kinerja karyawan.
- Pemenuhan Standar dan Regulasi: TQM membantu perusahaan mematuhi standar kualitas dan regulasi industri. Pemenuhan ini tidak hanya penting untuk menjaga legalitas, tetapi juga dapat membuka pintu untuk peluang bisnis yang membutuhkan kepatuhan terhadap standar tertentu.
- Pengurangan Cacat dan Pengembalian Produk: Dengan fokus pada peningkatan kualitas, TQM dapat membantu mengurangi jumlah cacat produk dan tingkat pengembalian.
- Peningkatan Hubungan dengan Pemasok: TQM dapat diterapkan dalam rantai pasokan untuk memastikan bahwa pemasok juga memenuhi standar kualitas yang tinggi.
- Biaya Implementasi yang Tinggi: Memperkenalkan sistem TQM dapat memerlukan investasi signifikan dalam pelatihan karyawan, teknologi baru, dan perubahan proses, yang bisa menjadi beban finansial awal.
- Waktu yang Diperlukan untuk Melihat Hasil: Perubahan yang dihasilkan dari implementasi TQM mungkin memerlukan waktu untuk terlihat, dan perusahaan mungkin tidak melihat hasil positif secara instan.
- Tingkat Kompleksitas yang Tinggi: Implementasi TQM dapat menjadi kompleks dan memerlukan perubahan budaya organisasi yang mendalam, yang tidak selalu mudah dicapai.
- Perlawanan dari Karyawan: Beberapa karyawan mungkin merasa resisten terhadap perubahan atau perasaan tambahan pemantauan yang terkait dengan implementasi TQM.
- Fokus Terlalu Berlebihan pada Kuantitas: Dalam beberapa kasus, kesalahan interpretasi konsep "total" dalam TQM dapat menyebabkan fokus terlalu berlebihan pada jumlah daripada kualitas.
- Kesulitan Mengukur Kualitas dengan Akurat: Mengukur kualitas secara objektif dan akurat dapat menjadi tantangan, terutama ketika mengidentifikasi elemen kualitas yang tidak langsung terukur.
- Tidak Selalu Cocok untuk Semua Organisasi: Pendekatan TQM tidak selalu sesuai dengan semua jenis organisasi atau industri. Beberapa bisnis mungkin menemukan bahwa penerapan TQM tidak memberikan manfaat sebanding dengan upaya yang dikeluarkan.
Perlindungan Konsumen: Standar mutu memastikan bahwa produk atau layanan yang dikonsumsi oleh masyarakat memenuhi standar tertentu, sehingga konsumen dapat yakin bahwa produk atau layanan tersebut aman, efektif, dan sesuai dengan harapan.
Perlindungan Lingkungan: Standar mutu di bidang lingkungan dirancang untuk melindungi ekosistem dan keberlanjutan. Mereka menetapkan pedoman untuk pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan limbah, dan praktik-praktik yang berkelanjutan.
Perlindungan Karyawan: Standar mutu di sektor industri melibatkan pedoman untuk kondisi kerja yang aman, praktik-praktik manajemen yang baik, dan perlindungan terhadap hak-hak pekerja. Ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan adil.
Perlindungan Perusahaan: Perusahaan yang mengikuti standar mutu dapat membangun reputasi yang baik dan meningkatkan kepercayaan pelanggan. Hal ini dapat membantu mereka menghindari sanksi hukum dan meningkatkan daya saing di pasar.
Perlindungan Pihak Terkait (Stakeholders): Standar mutu juga mencakup pedoman untuk melibatkan dan melindungi kepentingan pihak terkait, seperti pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat umum..
created with
Best Free Website Builder .